Just another free Blogger theme

Politik

KOMENTAR ARTIKEL “CEASELESS ACTIVITY TO SEEK PEACE IN LIVING TOGETHER WITH OTHERS. CATHOLICS IN DIALOGUE WITH MUSLIMS”

    Paus Fransiskus disambut hangat Ulama Islam        Rm. Armada Riyanto menuliskan artikel dengan judul “ Ceaseless Activity to Seek Pea...

Senin, 14 November 2022

Rm. Lintang sedang merayakan Misa Kudus bersama umat dibawa pohon

Kelender Liturgi Gereja Katolik menetapkan satu pekan dalam setiap tahun sebagai minggu panggilan sedunia. Pada minggu panggilan, Gereja memberikan kesempatan kepada kaum religius untuk melakukan aksi panggilan di tengah seluruh umat. Kaum religius diberikan tempat untuk memperkenalkan cara hidup dan karya menurut tuntutan konstitusi setiap keuskupan, ordo dan serikat atau kongregasi.

Untuk menanggapi hal itu, seminari tinggi SVD (Societas Verbi Devini) Surya Wacana-Malang mengadakan aksi panggilan secara virtual/online. Seminari SVD mengundang orang muda katolik (OMK) dari berbagai paroki yang dilayani imam-imam SVD Jawa untuk hadir dalam kegiatan ini. Salah satu imam alumnus Surya Wacana yang menjadi misionari di Afrika diundang untuk memberikan sharing misi.

Kegiatan aksi panggilan virtual dibuka dengan kata sambutan dari Rm. Raymundus I Made Sudhiarsa, sebagai rektor rumah seminari tinggi SVD Surya Wacana. Rm. Ray dalam sambutannya menegaskan bahwa SVD memberikan pendidikan kepada anak-anak muda untuk memiliki mental dalam melayani Gereja. Ia memberikan contoh imam-imam muda di Papua yang dengan gembira melayani umat meskipun secara geografis, budaya dan pendekatan terhadap umat sangat sulit.

Menjadi misionaris bukan membawa mental pribadi untuk dibaca orang lain. Misionaris harus menjadi orang yang siap untuk belajar budaya yang baru. Misionaris perlu memiliki prinsip demikian, “kirim dahulu kopermu, baru kemudian badanmu”, kata Rm. Ray.


Rm. Lintang bersama umat Mozambik

Rm. Agustinus Lintang, SVD sebagai imam misionaris di Mozambik, Afrika Tenggara melakukan sharing misi dengan judul “Dari Perkotaan Turun ke Sebuah Pohon”. Beliau mengambil judul tersebut berangkat dari latar belakangnya dari kota Surabaya yang bermisi ke kampung.

Rm. Lintang mengawali sharing misi dengan menceritakan sejarah panggilan hingga menjadi misionaris di Mozambik. Beliau mengatakan bahwa sejak kecil, dirinya sangat terlibat dalam kegiatan Gereja, seperti misdinar. Dia juga sering mendengarkan sharing misi dari para imam misionaris SVD di paroki Santo Paulus-Juanda Sidoarjo- Keuskupan Surabaya.

Beliau sangat kuat menjadi misionaris karena dipengaruhi oleh film The Mission, Black Panther, novel Silence (Shusaku Endo), dan Majalah National Geographic. Dari situlah Rm. Lintang ingin menjadi misionaris bagi masyarakat Wakanda dan ingin bekerja sama dengan rekan-rekan imam yang tidak sebahasa dan sebudaya.

Rm. Lintang juga menceritakan kesulitan-kesulitan pertama yang dihadapinya di tempat misi. Pertama, bahasa asing. Beliau harus menguasai bahasa portugis dan bahasa daerah. Bahasa portugis sebagai bahasa nasional Afrika Tenggara hanya untuk orang di kota dan bahasa daerah untuk berbicara dengan orang di kampung. Menurutnya, belajar bahasa daerah sangat sulit karena belajar autodidak dan gramatika yang rumit. Kedua, adaptasi makanan. Makanan utama orang Mozambik adalah sima (bubur jagung yang digiling) dan tidak ada nasi dan tempe. Ketiga, wabah malaria. Rm. Lintang sering terkena penyakit malaria yang membuat berat badan turun, tidur tidak nyaman, dan badan terasa pegal. Empat, liturgi yang sangat ekspresif. Bagi orang Mozambik, misa itu sukacita.

Rm. Lintang juga memberikan gambaran umum tentang masyarakat di Mozambik, tempat pelayanan sebagai imam. Populasi penduduk Mozamabik 31, 26 juta (2020) dengan populasi umat katolik terbesar, yakni 31 persen dari jumlah agama-agama lainnya. Akan tetapi, kehadiran umat katolik sebagai mayoritas tidak menjamin sebagai pembawa kesejahteraan bagi penduduk Mozambik. Gereja perlu menyelsaikan berbagai persoalan, seperti angka buta huruf yang tinggi, seks bebas (banyak penduduk yang kena HIV), gizi buruk, dan penduduk Mozambik masih trauma dengan perang saudara tahun 1976-1992.

  


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me Andy Darman


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me Andy Darman


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me Andy Darman

0 comments:

Posting Komentar